Pacaran, kata yang mengandung makna kasih sayang, cinta dan pengorbanan. Apakah anggapan ini benar untuk semua situasi?
Pertanyaan ini harus dijawab dengan jujur dan ilmiah, untuk mengungkap adanya cinta semu yang bersemi di balik kata “pacaran”. Cinta semu yang tumbuh dalam pacaran adalah sebuah “kebohongan” yang bersembunyi di balik embel-embel kata cinta dan kata sayang.
Secara psikologis, ada dua macam cinta, yaitu being love (B-Love) dan deficiency love (D-Love). D-Love bersifat memikirkan diri sendiri dan mempunyai ketergantungan dengan orang lain, sementara B-Love bersifat tidak mementingkan diri sendiri dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Orang-orang dengan B-Love lebih teraktualisasi dan membantu pasangannya mencapai aktualisasi diri. Perspektif ini memberikan arti bahwa orang dengan B-Love mempunyai cinta yang teraktualisasi dan tidak hanya memikirkan diri sendiri, namun seorang yang tergantung dan tidak matang, mengalami D-Love. Kita semua mengetahUi bahwa orang yang tidak matang (D-Love) hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.
Kapan sebuah B-Love akan muncul pada diri seseorang? Jawabannya adalah pada saat dia siap untuk memberi dan berbagi. Apakah pada pacaran sebelum menikah dapat menumbuhkan B-Love? saya rasa sangat susah. Pacaran sebelum menikah adalah sebuah D-Love, dimana seseorang mengalami ketergantungan kepada pasangannya (pacar). Ketergantungan adalah sebuah sikap menuntut untuk diberi sesuatu. Saya mencintaimu, untuk menuntut sebuah balasan cinta yang lebih, perhatian, dan sanjungan.
B-Love lahir bukan sebagai pengemis, tetapi pemberi dan tidak menuntut balasan, dia akan menuntun pasangannya apa yang akan dilakukan untuk hal-hal yang positif. B-Love adalah sebuah aktualisasi sempurna dari cinta. Dia lahir dengan kematangan berpikir seseorang. Dia bukanlah cinta monyet, tetapi cinta yang eksis dan menunjukkan dirinya siap memberi. Sehingga sangat jarang B-Love ditemukan pada saat-saat pacaran sebelum menikah. Pacaran sebelum menikah lebih kepada D-Love, sebuah sikap yang menuntut, ketergantungan atau mengemis cinta. Kita berikan contoh, orang yang lagi kasmaran, ditinggal oleh kekasihnya, mungkin bagi dia itu adalah sebuah kiamat. Bisa-bisa dia akan bunuh diri karena bagi dia, hidup ini hanya tergantung kepada pasangannya. Dunia begitu sempit bagi seorang D-Love.
Pacaran untuk berbagi, pernyataan ini benar jika individu tersebut sudah siap memberi (memiliki B-Love). Secara logika, bagaimana seseorang bisa berbagi jika dia sendiri mengalami defesiensi/kekurangan, kalaupun dia berbagi, dia akan menuntut lebih dari itu. Sehingga pacaran untuk barbagi benar untuk seseorang yang berpacaran setelah menikah. Cinta yang eksis setelah menikah adalah cinta yang sempurna, siap berbagi tanpa menuntut balas, perhatiannya adalah tulus, bahkan marahnya sekalipun adalah sebuah ekspresi cinta.
Pertanyaan ini harus dijawab dengan jujur dan ilmiah, untuk mengungkap adanya cinta semu yang bersemi di balik kata “pacaran”. Cinta semu yang tumbuh dalam pacaran adalah sebuah “kebohongan” yang bersembunyi di balik embel-embel kata cinta dan kata sayang.
Secara psikologis, ada dua macam cinta, yaitu being love (B-Love) dan deficiency love (D-Love). D-Love bersifat memikirkan diri sendiri dan mempunyai ketergantungan dengan orang lain, sementara B-Love bersifat tidak mementingkan diri sendiri dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Orang-orang dengan B-Love lebih teraktualisasi dan membantu pasangannya mencapai aktualisasi diri. Perspektif ini memberikan arti bahwa orang dengan B-Love mempunyai cinta yang teraktualisasi dan tidak hanya memikirkan diri sendiri, namun seorang yang tergantung dan tidak matang, mengalami D-Love. Kita semua mengetahUi bahwa orang yang tidak matang (D-Love) hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.
Kapan sebuah B-Love akan muncul pada diri seseorang? Jawabannya adalah pada saat dia siap untuk memberi dan berbagi. Apakah pada pacaran sebelum menikah dapat menumbuhkan B-Love? saya rasa sangat susah. Pacaran sebelum menikah adalah sebuah D-Love, dimana seseorang mengalami ketergantungan kepada pasangannya (pacar). Ketergantungan adalah sebuah sikap menuntut untuk diberi sesuatu. Saya mencintaimu, untuk menuntut sebuah balasan cinta yang lebih, perhatian, dan sanjungan.
B-Love lahir bukan sebagai pengemis, tetapi pemberi dan tidak menuntut balasan, dia akan menuntun pasangannya apa yang akan dilakukan untuk hal-hal yang positif. B-Love adalah sebuah aktualisasi sempurna dari cinta. Dia lahir dengan kematangan berpikir seseorang. Dia bukanlah cinta monyet, tetapi cinta yang eksis dan menunjukkan dirinya siap memberi. Sehingga sangat jarang B-Love ditemukan pada saat-saat pacaran sebelum menikah. Pacaran sebelum menikah lebih kepada D-Love, sebuah sikap yang menuntut, ketergantungan atau mengemis cinta. Kita berikan contoh, orang yang lagi kasmaran, ditinggal oleh kekasihnya, mungkin bagi dia itu adalah sebuah kiamat. Bisa-bisa dia akan bunuh diri karena bagi dia, hidup ini hanya tergantung kepada pasangannya. Dunia begitu sempit bagi seorang D-Love.
Pacaran untuk berbagi, pernyataan ini benar jika individu tersebut sudah siap memberi (memiliki B-Love). Secara logika, bagaimana seseorang bisa berbagi jika dia sendiri mengalami defesiensi/kekurangan, kalaupun dia berbagi, dia akan menuntut lebih dari itu. Sehingga pacaran untuk barbagi benar untuk seseorang yang berpacaran setelah menikah. Cinta yang eksis setelah menikah adalah cinta yang sempurna, siap berbagi tanpa menuntut balas, perhatiannya adalah tulus, bahkan marahnya sekalipun adalah sebuah ekspresi cinta.